Kamis, 11 Oktober 2018

maulidan,sholawatan,tahlilan adalah tradisi islam di nusantara


Budaya atau Kebiasaan islam di bumi nusantara banyak sekali seperti maulidan, sholawatan dan juga acara tahlilan dengan sistem sendiri atau berkumpul membaca kalimah thoyyibah seperti istighfar dan juga membaca tasbih.

Adat Budaya atau tradisi  islam di nusantara ini banyak dilaksanakan atau dijalankan warga nahdliyyin (sebutan untuk orang NU) yang mana adalah organisasi islam terbesar di dunia, banyak sekali badan-badan otonom dalam organisasi Nahdlatul ulama (NU) hal yang demikian seperti Gerakan pemuda Ansor (GP Ansor), Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Fatayat NU, Muslimat NU, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), dan dalam waktu satu tahun akhir-akhir ini atau baru-baru ini LD PBNU menyusun Internet Marketers Nahdlatul Ulama (IMNU) yang lahir pada tanggal 9 september 2017 di Hotel Grand Asrilia di Kota Bandung. Sebab besarnya organisasi NU ini karenanya secara otomatis di Nusantara Indonesia ini banyak sekali yang mengadakan adat istiadat atau kebiasaan maulidan, sholawatan, tahlilan, yasinan, manaqiban dan juga halal bihalal atau saling memberi maaf dengan metode atau sistem berjabatan tangan yang diadakan tiap-tiap hari raya idul fitri. Sebab besarnya Massa yang dimiliki oleh organisasi ini karenanya aktivitas-aktivitas hal yang demikian di atas terus tumbuh subur dalam masyarakat Indonesia dan telah menjadi tradisi atau adat istiadat kebiasaan islam yang teduh penuh persatuan pada masyarakat Indonesia. Mengapa budaya atau kultur seperti tahlilan, sholawatan dan juga maulidan itu di bilang adem atau teduh, sebab dalam acara hal yang demikian senantiasa menggaungkan kalimat-kalimat tauhid “ Lailaha Illa Allah Muhammadurrasulu Allah”, kalimat istighfar, tasbih dan tahmid.  Budaya atau kultur hal yang demikian juga menguatkan persatuan antar manusia (warga) sebagai relasi atau kekerabatan hablum minannas, sebab dalam tiap-tiap kegitan hal yang demikian mereka senantiasa berkumpul  dan penuh dengan keakraban dan tidak jarang pula mereka saling gotong royong untuk menolong suksesnya aktivitas atau kesibukan hal yang demikian.
Apa itu hakekatnya Budaya atau Kultur Maulidan, Sholawatan dan tahlilan ?
Maulidan ialah sebuah budaya atau adat istiadat islam di nusantara untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. yang jatuh tiap tanggal 12 rabiul awal dalam penanggalan tahun hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa arab artinya hari lahir, jikalau seandainya diamati dari artinya budaya atau kebiasaan ini telah terang maksud dan tujuannya yakni memperingati hari lahir Nabi Muhammad sebagai wujud bentuk ekspresi kegembiraan dan penghormatan kaum muslim terhadap Nabinya yang adalah manusia yang menjadi suri tauladan bagi semua ummat manusia. Untuk isi dari aktivitas maulid nabi sendiri ialah umumnya berupa pengajian (Mauidhah hasanah) yang dikerjakan oleh para kyai untuk menyebutkan sejarah (tarikh) Nabi Muhammad SAW dalam semua sisi kehidupan Nabi seperti dikala nabi dilahirkan dalam kondisi situasi Yatim sampai pengorbanan nabi hingga Nabi Wafat, kecuali mauidhah hasanah lazimnya dalam acara hal yang demikian banyak melantunkan shalawatan atau shalawat nabi yang dilantunkan oleh group-group rebana atau marawis yang ada, sholawatan itu sendiri diambil dari kumpulan sejarah nabi dan sholawat yang ada dalam kitab dhiba’ dan istilah dalam kaum Nahdliyyin disebut dengan Dhiba’an atau berjanjen.
Sholawatan ialah membaca sholawat  terhadap Nabi Muhammad sebagai manusia termulia di dunia, umumnya kebiasaan sholawatan ini di adakan di mesjid-mesjid atau pada acara-acara tertentu seperti  acara walimatul arsy maupun walimatul khitan dengan menghadirkan group-group rebana atau marawis. Kebiasaan sholawatan ini umumnya di adakan tiap bulan rabiul awal (mulud-jawa) selama sebulan penuh disetiap mesjid-masid atau surau di indonesia, pesertanya bahkan beranekaragam umur mulai dari anak-anak sampai orang-orang tua, mereka itu khusyu’ dalam melantunkan sholawat-sholawat terhadap nabinya manusia yang bisa memberikan syafa'at nanti di hari akhir zaman. Adat Istiadat atau Kebiasaan Sholawatan sendiri cocok dengan alqur’an dimana Allah berfirman “Innallaha wa malaikatahu yusholluna ‘alan nabi, ya ayyuhalladzina amanu shollu ‘alihi wa sallimu tasliman”. Dari ayat alqur’an hal yang demikian dapat kita resapi lebih dalam bahwa  Allah dan malaikat-Nya saja telah bersholawat terhadap Nabi Muhammad, karenanya manusia yang cuma seorang hamba tentu juga tak ada persoalan sekiranya membaca sholawat untuk Nabinya. Bagi Penganut Islam nusantara terutama secara khusus lebih-lebih warga nahdliyyin memiliki pendapat  tak menjadi permasalahan mengerjakan sesuatu yang tak dijalankan oleh kanjeng Nabi asalkan tak melanggar syari’at-Nya. Bagi mereka Bid’ah itu dikala ibadah mahdhah yang berjumlah lima jenis yakni Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa dan ibadah Haji ditambah-tambah, dikurangi  atau dirubah-rubah, di luar lima itu tak menjadi suatu persoalan. Jikalau Seandainya kita menilik Kitab suci Alqur’an dimana Ayat Al-Qur’an yang menerangkan perihal seputar ibadah mahdhah cuma 3%, dan sisanya 97% itu perihal seputar ibadah mu’amalah.
Adat Istiadat atau Kebiasaan Tahlilan, tahlil memiliki arti menyuarakan Allah sebagai Rabb dengan ucapan Laa ilaaha illallah.  Tahlilan, di dalamnya mengandung elemen faktor adat istiadat atau tradisi mengerjakan do'a secara bersama-sama sekelompok (jamiyah) orang untuk orang yang sudah meninggal dunia. Dalam kebiasaan atau tradisi tahlilan menyuarakan kalimat tauhid laa ilaaha illallah juga menyatakan kalimat muhammadurrasulullah, itu artinya dalam budaya adat istiadat tahlilan kecuali mengakui Allah sebagai yang maha kuasa juga mengakui bahwa Nabi Muhammad ialah utusan Allah. Tahlilan hanyalah sebuah kebiasaan atau tradisi saja dan bukan sesuatu yang wajib. Di dalamnya tak ada elemen terhina sama sekali cuma dzikir dan dzikir mengingat dan mengakui kekuasaan Allah serta mensyukuri apa yang sudah Allah karuniakan terhadap hambanya. Didalam budaya adat istiadat atau kebiasaan tahlilan umumnya di dahului dengan yasinan (membaca surat yasin) secara bersama-sama (berjamiyyah).
Terahir, yang perlu digaris bahawi dalam budaya adat istiadat atau kebiasaan ummat islam di Indonesia ini kecuali memperkuat keimanan kepada Allah juga sanggup mempererat kesatuan dan persatuan antar anak bangsa.  Amat benar-benar penting sekali untuk terus Mengawal ajaran ahlussunah wal jamaah dan juga menjaga Negara Kesatuan republik Indonesia dari upaya memecah belah bangsa Indonesia. Indonesia dengan PANCASILA dan UUD’45 diperjuangkan oleh para pahlawan nasional dan juga para ulama dengan tak gampang (nyawa taruhannya), oleh karena itu semestinya patut mesti aturannya untuk dipertahankan.